Minggu, 01 Maret 2015

My Thoughts On Chinese Food

Satu hal yang mengganggu gue sehingga terbentuknya blog ini, selain karena keresahan yang mengganggu gue saat orang meng-generalisir chinese food (seperti yang gue jelaskan di Perkenalan Dasar Mengenai Chinese Food )itu adalah saat masyarakat - anak muda pada umumnya-, tidak menghargai chinese food sebagai salah satu harta dan kekayaan budaya bangsa, dan tidak menganggap chinese food adalah makanan yang dapat mendatangkan pride, atau makanan yang "in" & gaul. Mereka lebih bangga saat makan sushi, dan bibimbab ketimbang makan shao mai dan sepotong ha gau.

Di era semakin berkembang dan membengkaknya industri makanan, anak muda sekarang jauh lebih bangga saat mereka hang out dan makan makanan jepang, korea, thailand, dan western. Mereka menganggap makan makanan negara lain adalah sebuah kebanggaan dan "gaul", sebaliknya makan dan hangout di restaurant chinese food adalah hal yang "ga keren" (walaupun jumlah Restaurant Chinese Food semakin banyak, dan bertambah pilihannya). Padahal, Tionghoa sudah menjadi bagian dari Indonesia, yang seharusnya makanannya mendapat porsi yang sama di Indonesia seperti Nasi Padang. Fenomena ini berlaku bukan hanya bagi pribumi di Indonesia, melainkan berlaku juga untuk keturunan tionghoa di Indonesia itu sendiri. Satu hal yang membedakan mungkin, bagi para keturunan tionghoa, karena chinese food adalah bagian dalam hidup mereka, dan mereka tumbuh dengan hal tersebut, tentunya mereka masih akan makan chinese food, seperti saat bersama keluarga dalam acara keluarga, dan mungkin mereka akan makan chinese food saat mereka ingin, tapi chinese food bukanlah pilihan untuk "hangout" dan "dating".

Jika kehalalan chinese food menjadi hal utama yang membuat masyarakat Indonesia tidak terlalu tertarik untuk makan chinese food, harusnya hal tersebut juga berlaku untuk makanan negara lain seperti Jepang (Katsu sebenarnya menggunakan babi dan bukan ayam), Korea (korean barbeque meat mostly use pork?), Thailand, karena mereka juga terbiasa untuk mengonsumsi babi. Tapi nyatanya, banyak restaurant negara-negara tersebut yang halal di Indonesia, begitupun Restaurant China. Banyak sekali restaurant china yang halal, so kehalal-an bukanlah alasan lagi untuk mencoba chinese food. You don't need to be chinese to eat chinese food. You just have to try. It's delicious.

Gue ga tau apakah fenomena ini adalah salah satu efek domino dari diskriminasi yang dilakukan oleh orde baru terhadap kebudayaan Tionghoa (Diskriminasi yang dilakukan setelah terjadinya G30S PKI seperti pelarangan penggunaan bahasa dan budaya Cina, dll), yang pasti masyarakat Indonesia kurang memiliki minat untuk makan chinese food, meskipun chinese food selalu ada ditengah-tengah masyarakat selama ini, dan kebudayaan Cina telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, yang selalu berdampingan bersama masyarakat.

Gue harap, di era yang semakin terbuka dan semakin meleknya Indonesia, masyarakat Indonesia dapat menerima tionghoa sebagai bagian dari Bangsa. Dan gue harap, makanan dapat menjadi salah satu jembatan untuk menuju harapan tersebut, harapan menuju Indonesia yang satu.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Chinese Cuisine in Indonesia, Culture, and History